TUAN GURU
MUHAMMAD ZAINI ABDUL GHANI
Sekumpul,
Martapura, Kalimantan Selatan
Oleh:
Rahmawati (14.10.870) SMT V PAI B
Islam
merupakan agama yang menjadi mayoritas di negeri Indonesia ini. Sebuah agama
yang berkembang dengan pesat sejak kerajaan Islam pertama kali didirikan yakni
kerajaan Samudera Pasai, yang dari masa ke masa mengalami peningkatan yang baik
dalam perkembangannya di dalam dunia pensyiaran Islam di nusantara ini. Jejak
khazanah Islam merambah hingga ke seluruh penjuru nusantara mulai dari Pulau
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, bahkan hingga ke pulau paling timur
di Indonesia yakni Papua. Pertumbuhan dan perkembangan islam dibantu juga oleh
para Walisongo dan juga para ulama’ yang terdahulu, yang juga memiliki jasa
yang besar dalam perkembangan Islam di nusantara. Salah satunya adalah seorang
tokoh ulama’ Islam yang sangat termasyhur di Kalimantan Selatan karena suaranya
yang sangatlah khas nan merdu. Beliau merupakan perintis pembacaan Maulid
Simtudduror, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Maulid Habsyi di Pulau
Borneo. Ia merupakan salah satu diantara tiga tokoh ulama’ yang sangat
termasyhur di Pulau Borneo, diantaranya ialah asy-Syeikh Muhammmad Arsyad
al-Banjari dan Kyai Sarwani Abdan, pendiri Pondok Pesantren Datuk Kalampayan
Bangil.
Tuan Guru
Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang biasa disebut Guru Ijai, atau Guru
Sekumpul merupakan seorang tokoh ulama’ yang tidak hanya disegani oleh umatnya
saja, tetapi para ulama’ dan pejabat pun menyegani sosoknya. Ia merupakan
sekian dari ‘permata’ yang berada di Martapura, Banjarmasin. Ia merupakan
seorang tokoh ulama’ keturunan al-‘Allamah asy-Syeikh Muhammmad Arsyad al-Banjari
atau yang biasa dikenal dengn sebutan Datuk Kalampayan yang dengan tekadnya
berusaha menghidupkan kembali ilmu dan amalan amalan serta thariqah yang
diamalkan oleh al-‘Allamah asy-Syeikh Muhammmad Arsyad al-Banjari. Karena itu,
majlis pengajiannya selalu merujuk ke al-‘Allamah asy-Syeikh Muhammad Arsyad
al-Banjari, yang pada hakekatnya sumber rujukan utamanya adalah al-Qur’an,
hadis Nabi Muhammad SAW, serta ajaran para salafunasshalihin.
Kelahiran Tuan
Guru Sekumpul
Nama lengkap Guru Sekumpul ialah Tuan
Guru Muhammad Zaini Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Samman bin
Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin Muhammad Khalid bin Hasanuddin bin asy-Syeikh
Muhammad Arsyad al-Banjari. Tuan Guru Muhammad Zaini Abdul Ghani saat kecil
dikenal dengan nama Qusyairi. Ayahnya bernama Abdul Ghani bin Haji Abdul Manaf,
sedangkan ibundanya bernama Hajjah Masliah binti Haji Mulya.[1]
Tuan Guru
Muhammad Zaini Abdul Ghani merupakan anak pertama. Beliau dilahirkan di Tunggul
Irang, Dalam pagar, Martapura pada malam
Rabu tanggal 27 Muharram 1361 H, yang bertepatan dengan tanggal 11 Februari
1942 M. [2]
Masa Kecil
Guru Sekumpul
Pada masa
kecil, Tuan Guru Sekumpul selalu digembleng dan diberi bimbingan intensif dari
kedua orangtuanya begitu juga dari sang nenek, Salbiyah. Sang ayah, Abdul Ghani
bin Abdul Manaf, selalu mendidik anaknya dalam belajar akhlak ataupun
pengetahuan dengan cara menanamkan nilai nilai islami seperti tauhid, akhlak,
serta belajar membaca al-Qur’an. Tidak heran jika semasa Ia kecil, Tuan Guru
Sekumpul sudah memiliki sifat sifat mulia yang tertanam subur di dalam dirinya seperti
penyabar, ridha, pemurah, kasih sayang terhadap siapa saja serta memiliki
pribadi yang tidak pemarah. Sehingga apapun yang terjadi pada dirinya beliau
tidak pernah mengeluh dan mengadu kepada kedua orangtuanya sekalipun Tuan Guru
Sekumpul pernah dipukuli dan dihina oleh orang orang yang hasud dan dengki
terhadap dirinya. Ini semua karena beliau memiliki sifat sifat mulia tersebut.
Tuan Guru
Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah seorang yang sangat mencintai para ulama’ dan
orang orang shaleh, hal ini tampak ketika beliau masih kecil. Beliau selalu
menunggu di tempat yang biasanya Tuan
Guru H. Zainal Ilmi lewati ketika hendak pergi ke Banjarmasin, hal ini Beliau
lakukan semata mata hanya untuk bersalaman dan mencium tangan Tuan Guru H.
Zainal Ilmi.[3]
Ayahanda Guru
Sekumpul
Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah
dari Guru Zaini adalah seorang ayah yang shaleh dan sabar dalam menghadapi
segala problematika kehidupan dalam keluarganya. Beliau merupakan orang yang
sangat pintar dalam menyembunyikan derita dan cobaan hidup. Beliau tidak pernah
mengeluhkan derita dan duka dalam hidupnya kepada siapapun kecuali kepada Allah
ta’ala. Segala cobaan dalam keluarga yang beliau terima justru menjadi
pendorongnya untuk berbuat ikhlas, sabar, serta terus berusaha mencari
penghidupan yang halal, menjaga hak orang lain serta tidak berbuat mubadzir.
Keluarga Tuan Guru Zaini hidup dalam
balutan kesederhanaan dan kekurangan. Kala itu, mereka sekeluarga terdiri dari
empat orang anggota keluarga. Karena saking miskinnya, dalam sehari mereka
hanya makan satu nasi bungkus dengan telur dadar sebagai lauknya yang dibagi
menjadi empat bagian/potongan. Walaupun dengan kemiskinan yang menghimpit
keluarga ini, tak pernah sekalipun diantara mereka yang mengeluh dengan
ketetapan Allah SWT tersebut.
Pernah suatu ketika, Tuan Guru
Zaini kecil sedang bermain dengan mainan
yang Ia buat sendiri dari batang pohon pisang/gedebog. Tanpa sengaja
ayahnya keluar rumah dan melihatnya. Dengan tutur katanya yang lembut nan
ramah, sang ayah menegurnya: “Nak, sayang sekali mainanmu itu, padahal yang
engkau buat itu dapat dibuat sayur.” Maka dengan segera Tuan Guru Zaini
segera menyerahkan batang pohon pisang itu kepada sang ayah. Akhirnya dibuatlah
sayur dari batang pohon pisang tersebut yang akhirnya menjadi menu makan
keluarga Abdul Ghani.
Untuk menghidupi keluarganya, Abdul
Ghani membuka kedai teh. Dalam perniagaannya itu, beliau mengatur usahanya
dengan baik. Setiap laba dari usaha dagangnya selalu beliau bagi menjadi tiga,
sepertiga untuk menghidupi keluarganya, sepertiganya untuk menambah modal
usaha, dan sepertiga yang terakhir adalah untuk disedekahkan. Subhanallah,
walaupun sepertiga laba yang beliau gunakan untuk menghidupi keluarganya
terbilang pas-pasan, namun keluarga Abdul Ghani ini tidak pernah kikir
terhadap harta dan mereka selalu mengigat orang orang di bawah mereka yang
kurang beruntung seperti mereka. Ini adalah sebuah realita kehidupan yang sudah
sangat jarang kita temui di negeri kita ini. Bahkan tentang hal ini, pernah
salah seorang berkata:”Bagaimana tidak berkah hidupnya jikalau seperti itu.”
Kasih sayang yang sang ayah berikan
terhadap anaknya, Tuan Guru Zaini, sangat besar. Semisal dalam sebuah cerita
masa kecil Tuan Guru Zaini, kala itu rumah beliau yang sudah sangat rapuh dan
reot sedang diterjang hujan yang sangat deras. Sehingga air hujan masuk
merembes dari atap atap rumah beliau. Demi melindungi sang anak tersayang,
ayahnya menelungkupi Tuan Guru Zaini dari guyuran air hujan dan rela membiarkan
dirinya basah kuyup demi bukti cinta dan kasih sayangnya terhadap sang anak.[4]
Masa-Masa
Pengembaraan Ilmu KH. Zaini bin Abdul Ghani
Pada tahun 1949 M, saat beliau
berusia 7 tahun, Beliau masuk ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura.
Diantara guru gurunya masa itu adalah:
1.
Guru Abdul Muiz.
2.
Guru Sulaiman.
3.
Guru Muhammad Zein.
4.
Guru H.Abdul Hamid Husein.
5.
Guru H. Rafi’i.
6.
Guru Syahran.
7.
Guru Husein Dahlan.
8.
Guru H. Salman Yusuf, serta masih banyak lagi sederetan nama yang
menjadi guru-gurunya semasa di tingkat Ibtidaiyah.
Kemudian pada
tahun 1955 M, saat itu beliau menginjak usia 13 tahun, Ia melanjutkan
pengembaraan ilmunya ke Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura. Pada masa
ini beliau sudah belajar dengan guru-guru besar yang ahli dalam bidang
keilmuannya, diantaranya adalah:
1.
Asy-Syeikh Husein al-Qadri.
2.
Asy-Syeikh Salim Ma’ruf.
3.
Asy-Syeikh Semman Mulya.
4.
Asy-Syeikh Salman Jalil.
5.
Asy-Syeikh Sya’rani ‘Arif.
6.
Asy-Syeikh Nashrun Thahir.
7.
K.H. Aini Kandangan.
Kalau kita
cermati, tokoh-tokoh di atas merupakan tokoh tokoh besar yang sudah tidak
diragukan lagi pada masa itu. Seperti K.H. Husein Qadri lewat buku-buku
karyanya seperti Senjata Mukmin yang banyak di cetak di daerah
Kalimantan. Sedangkan asy-Syeikh Semman Mulya paman beliau yang secara intensif
mendidiknya, baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah. Dan ketika
mendidik Guru Ijai, Guru Semman hampir tidak pernah mengajarkan langsung
bidang-bidang keilmuan itu kepadanya kecuali di sekolahan. Tapi Guru Semman
langsung mengajak dan mengantarkannya untuk mendatangi tokoh tokoh terkenal dengan
spasialisasinya masing-masing. Baik itu mereka yang berada di daerah Kalimantan
maupun yang berada di Pulau Jawa.
Seperti ketika
ingin mendalami hadis dan tafsir, Tuan Guru Semman mengantarkan beliau kepada
asy-Syeikh Anang Sya’rani yang terkenal sebagai muhaddis dan ahli tafsir.
Menurut Guru Ijai sendiri, di kemudian hari ternyata Guru Semman adalah pakar
di semua bidang keilmuan islam itu. Tapi karena kerendahan hati dan
ketawadhuannya, maka Ia tidak menampakkannya di depan khalayak umum. Sedangkan
asy-Syeikh Salman Jalil adalah pakar ilmu falak dan ilmu faraidh.
Pantang
Menyerah Dalam Menuntut Ilmu
Setelah selesai mengais ilmu di
bangku Madrasah Tsanawiyah, Tuan Guru Sekumpul melanjutkan pengembaraan ilmunya
kepada para tokoh ulama’ rujukan umat di zamannya, diantaranya adalah:
1.
Kyai Falak.
2.
Asy-Syeikh Yasin bin Isa al-Fadani.
3.
Asy-Syeikh Hasan al-Masyath.
4.
Asy-Syeikh Ismail al-Yamani.
5.
Asy-Syeikh Abdul Qadir al-Baar.
6.
Asy-Syeikh Ali Junaidi bin Qadhi Muhammad Amin bin Mufti Jamaluddin
bin asy-Syeikh Muhammmad Arsyad al-Banjari.
Setelah
berguru kepada sekian ulama’ dan guru-guru besar di zamannya, beliau pun seakan
masih haus akan ilmu pengetahuan, maka kembali menuntut ilmu kepada dua tokoh
ulama kenamaan yang menjadi rujukan umat dizamannya dan menjadikan kedua tokoh
ini sebagai guru khususnya. Kedua ulama tersebut adalah:
1.
Asy-Syeikh Tuan Guru Muhammad Syarwani Abdan.
2.
Al-‘Allamah asy-Syeikh Muhammad Amin Kutbi.[5]
Sifat,
Perangai, dan Dakwahnya
Setelah
dewasa, maka tampaklah kebesaran serta keutamaannya dalam berbagai hal dan
banyak pula orang yang belajar kepadanya. Selain sebagai ulama yang ramah dan
kasih sayang kepada setiap orang, beliau juga orang yang tegas dan tidak
segan-segan menegur para penguasa apabila menyimpang dari jalan Allah swt dan
Rasul-Nya.
Sifat lemah
lembut, kasih sayang, ramah tamah, sabar dan pemurah sangatlah tampak pada
dirinya, sehingga beliau dikasihi, beliau dikasihi dan disayangi oleh segenap
lapisan masyarakat, sahabat, serta para muridnya. Jikalau ada orang yang tidak
senang melihat keadaannya dan menyerang dengan berbagai kritikan serta hasutan,
maka beliau pun tidak pernah membalasnya. beliau hanya diam dan tidak ada
reaksi apapun, karena beliau menganggap mereka belum mengerti bahkan tidak
mengetahui serta tidak mau bertanya.
Beliau adalah
seorang yang mempunyai prinsip dalam berjihad yang benar-benar mencerminkan
apa-apa yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Suatu contoh, jikalau
beliau akan menghadiri suatu majelis yang sifatnya dakwah Islamiyah, atau
membesarkan dan memuliakan syi’ar Agama Islam. Sebelum beliau pergi ke tempat
tersebut, beliau terlebih dahulu menyumbangkan hartanya untuk pelaksanannya,
kemudian setelah itu beliau akan datang menghadiri. Jadi benar-benar beliau
berjihad dengan hartanya lebih dahulu, kemudian dengan anggota badannya. Dengan
demikian beliau benar-benar mengamakan kandungan al-Qur’an yang berbunyi: “Wajaahiduu
bi amwalikum wa anfusikum fii sabilillah.”
Menjadi Pusat
Rujukan di Kalimantan
Tuan Guru
Zaini Abdul Ghani, adalah satu-satunya Ulama di Kalimantan, bahkan di Indonesia
yang mendapat izin untuk mengijazahkan (membaiatkan) Thariqah Sammaniyah. Oleh
karena itu, banyak yang datang kepadana untuk mengambil bai’at thariqah
tersebut, bukan saja dari Kalimantan, Pulau Jawa, bahkan dari luar negeri.
Tuan Guru
Zaini Abdul Ghani merupakan seorang yang senantiasa istiqamah dalam segala hal.
Terlebih-lebih dalam berdakwah. Dalam mengajar dan membimbing umat, beliau
tidak mengenal kata lelah. Meskipun dalam keadaan kurang sehat, beliau masih
tetap mengajar.
Karena dengan
mengajar, beliau merasakan sebuah keberkahan yang tak ternilai harganya. Hampir
semua kegiatannya beliau pusatkan di Mushala ar-Raudha, sebuah bangunan mewah
yang didirikan sebagai pusat semua kegiatan dan dakwahnya.
Karamah dan
Kelebihan Guru Ijai
Salah satu
pesannya tentang karamah adalah, agar kita jangan sampai tertipu dengan segala
kelebihan, keanehan, serta keunikan yang ada dalam diri kita. Karena karamah
merupakan murni pemberian dan bukan suatu keahlian atau skill. Karena itu
janganlah pernah berpikir atau berniat untuk mendapatkan karamah dengan
melakukan ibadah atau wiridan-wiridan. Karena karamah yang paling mulia serta
tinggi adalah istiqamah di jalan Allah swt dan Rasul-Nya jikalau ada orang
mengaku memiliki karamah, tapi shalatnya tidak karuan, maka itu bukanlah
karamah.
Karena
kesungguhan, ibadah, serta keistiqomahan Tuan Guru Muhammad Zaini Abdul Ghani,
maka Allah swt pun memberinya beberapa karamah serta kelebihan sebagai
penunjang dakwahnya. Di antara karamah-karamah itu sebagian di antaranya:
1.
Perampok yang bertaubat di tangannya
2.
Memunculkan buah rambutan pada saat bukan musimnya.
Ketika beliau masih tinggal di Keraton dimana biasanya setelah
selesai pengajian atau pembacaan Maulid, beliau berbincang-bincang dengan
beberapa orang murid yang masih belum pulang sambil bercerita tentang
orang-orang tua dahulu, yang isinya untuk dapat diambil pelajaran dalam
meningkatkan amaliyah. Tiba-tiba beliau bercerita buah rambutan yang pada waktu
itu masih belum musimnya, dengan tiada disadari dan diketahui oleh yang hadir
beliau mengacungkan tangan ke belakang dan kemudian tampak di tangan beliau
satu biji buah rambutan masak yang kemudian buah rambutan tersebut langsung
beliaumakan.
3.
Meminta kepada Allah agar diturunkan hujan pada musim kemarau.
Pada suatu musim kemarau yang panjang, dimana hujan sudah lama
tidak turun sehingga sumur-sumur sudah hampir mengering, maka cemaslah
masyarakat ketika itu dan mengharap hujan akan segera turun. Melihat hal yang
demikian banyak orang yang datang kepada beliau mohon minta do’a agar hujan
segera turun, kemudian beliau lalu keluar rumah dan menuju pohon pisang yang
berada di dekat rumah beliau. Setelah memanjatkan doa’ kepada Allah Swt dan
bertawassul kepada Baginda Rasulullah Saw lalu beliau goyang-goyangkan pohon
pisang tersebut dan tidak lama kemudian hujanpun turun dengan derasnya.
4.
Air do’a KH. Zaini bin Abdul Ghani
Banyak orang yang menderita sakit seperti batu ginjal, usus membusuk, anak yang tertelan jarum/peniti, orang yang sedang hamil dan bayinya jungkir serta meninggal di dalam perut ibunya, yang semuanya itu menurut keterangan dokter harus di operasi, namun keluarga mereka meminta doa dan pertolongan kepada KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani, maka dengan air yang beliau berikan semuanya dapat tertolong dan sembuh tanpa operasi.
Masih banyak keramat dari KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani. Yang tersebut di atas hanya sebagian dari sekian banyaknya keramat beliau yang di tulis oleh penulis. Memang keramat ini sangat sulit untuk akal sehat kita menerimanya, namun itulah kekuasaan Allah Swt yang ditunjukkan dan diberikan kepada seorang hamba yang dikasihi-Nya.[6]
Pandangan KH. Zaini bin Abdul Ghani Tentang Pendidikan
Abah guru
sekumpul memfokuskan pelajaran agama dalam system salafi dan system talaqi
karena menurut beliau syarat berkahnya ilmu itu belajar langsung kepada guru
secara langsung Abah guru sekumpul sering kali menjabarkan suatu ilmu dengan
humor yang dapat mudah di pahami oleh jamaahnya dan itu menjadi daya tarik
khususnya warga Martapura untuk hadir di majelis beliau. Abah guru selalu
menekankan pentingnya seorang guru untuk selalu tersenyum kepada murid-muridnya
dan selalu sabar dalam mendidik. Banyak preman, psk, dll yang tobat bukan
karena ilmunya abah guru sekumpul tetapi karena akhlaknya yang luar biasa
kepada siapapun Beliau sering berjalan sendiri ke tengah-tengah masyarakat dan
membantu warga di lingkungan beliau Beliau tidak pernah marah jika ada murid
yang nakal dan bodoh malah tambah beliau sayang dan banyak di antara
mereka-mereka yang sekarang menjadi orang besar menjadi ulama ataupun pejabat
Menurut beliau seorang guru harus mempunyai pekerjaan lain seperti berdagang
dll agar bisa ikhlas dalam mengajar[7]
Di sini kita bisa mengambil
kesimpulan pemikiran abah guru tentang pendidikan:
1. Sebelum
menyampaikan beliau terlebih dahulu mengamalkan.
2. Berakhlakul
karimah kepada siapa saja.
3. Tidak
mencari penghasilan dalam mengajar.
4. Metode
beliau menggunakan metode salaf dan talaqi.
5. Menyampaikan
ilmu dengan proses secara bertahap mengerti kondisi dari masing-masing
muridnya.
6. Senantiasa
bersifat kasih tanpa pilih kasih.
7. Memiliki
sifat bersahabat terhadap murid-muridnya.
8. Bersifat
tawadhu.
9. Tidak
membentak orang yang bodoh.
10. Beliau
sering kali menanamkan sejumlah ilmu pengetahuan yang lebih dulu di butuhkan
dalam masyarakat seperti ilmu fiqih tanpa meninggalkan ilmu tassawuf. Karena
ilmu fiqih tanpa tassawuf maka seseorang akan gampang untuk menjelek-jelekan
orang lain.
11. Beliau
selalu menekankan santri bukan hanya bisa menjadi ulama tapi harus mempunyai
keterampilan yang lain(banyak murid dari abah guru yang menjadi pejabat ilmuwan
dll
“Guru saya pernah berkata” ujar
Abah Guru “belajar ilmu alat tu nang ai kada usah dalam2 yang penting paham
dan bisa baca kitab”
Dalam hal ini abah guru sekumpul
tidak pernah menekankan untuk bisa menguasai berbagai fan ilmu karena beliau
menyadari batas dari masing-masing muridnya yang selalu beliau tekankan yaitu
metode agama dan metode akhlak Pendidikan agama merupakan proses manusia untuk
mengenal Tuhannya dan bagaimana cara bermasyarakat yang baik.[8]
Kontribusi dan
karya-karya KH. Zaini bin Abdul Ghani
Beliau
mempunyai kontribusi yang sangat besar terlebih dalam bidang agama di
Kalimantan dilihat kebanyakan ulama-ulama besar di Kalimantan khususnya di
Kalimantan timur dan Selatan pernah berguru kepada beliau.
Beliau
(guru sekumpul) dulu mendirikan majelis ta’lim yang dimana belum ada
penghuninya di daerah tersebut tetapi sekarang menjadi sebuah daerah yang
sangat ramai disana. Majelis ta’lim beliau di bagi 2 waktu, khusus laki-laki
hari Minggu dan Kamis setelah Ashar, khusus perempuan hari Sabtu pagi. Pembacaan
maulid habsyi (simtudduror) setiap malam Senin di mulai dari shalat
Maghrib berjamaah sampai Isya dan di lanjutkan.[9]
Menurut
beberapa kalangan pengajian abah guru sekumpul merupakan pengajian dengan
jumlah jamaah terbanyak di Indonesia lebih-lebih di momen tertentu seperti haul
syekh Muhammad Samman al-madani dan malam nisfu sya’ban. Kebiasaan adat di
martapura yaitu mendirikan majelis ta’lim bukan pesantren (yang lebih di kenal
di masyarakat banjar dengan nama ngaji duduk) beliau mempunyai madrasah sekitar
100m dari mushola ar raudloh yang bernama darul ma’rifah yang mempunyai siswa
dan siswi lebih dari 1000 yang bersistem salaf (seperti pondok pesantren).Yang
sekarang di asuh oleh kedua anak beliau dengan di bantu oleh murid2 abah guru
sekumpul.
Guru
sekumpul dalam membaca kitab selalu memfokuskan kepada tiga cabang yang fardhu
‘ain yaitu tentang tauhid, fiqih, dan tassawuf.
Beliau
mempunyai banyak usaha (mayoritas orang martapura mencari rezeki dengan
bergadang). Salah satu nya beliau mempunyai usaha toko yang bernama az-zahra
yang menjual berbagai produk busana muslim dan kitab-kitab yang memakai
nama brand toko beliau sendiri dan mempunyai banyak cabang di Kalimantan maupun
di Jawa.
Daerah
Sekumpul Martapura Rayang dulu adalah tempat yang sepi bahkan jarang berpenghuni
berkat kebesaran nama KH. Zaini bin Abdul Ghany sekarang daerah tersebut
menjadi ramai dan banyak masyarakat mendapatkan dampak positifnya dalam bidang
ekonomi maupun pendidikan.
Karya-Karya KH. Zaini bin Abdul Ghani
1. Risalah
al mubarakah, Berbicara tentang fadhilah shalawat
2. Manakib
asy- syeikh Muhammad samman al-madani, Membahas perjalanan hidup dan wejangan dari Syekh
Saman Al Madani.
3. Ar
risalat an nuraniyah fi syarh at-tawassulat as-sammaniyah, Menjelaskan
tata cara pengamalan tarekat samaniyah.
4. Nubzat
min manaqib al imam al-masyhur bil ustadz al a’zham Muhammad bin ali ba’alawi, Tentang
manakib dari faqih muqaddam sebagai rasa syukur kelahiran anak beliau.
Akhir Hayat KH. Zaini Bin Abdul Ghani
Di penghujung
usia, beliau menderita penyakit berat yang sulit disembuhkan, hingga terakhir beliau
dirawat di sebuah rumah sakit di luar negeri, sebuah negara tetangga. Dengan
tenaga yang tersisa beliau pulang ke rumah dan tiba pada pukul 20.30 WITA
Selasa malam 4 Rajab 1426 H. keesokan harinya pada pukul 05.10 WITA pagi Rabu 5
Rajab 1426 H atau lebih tepatnya 10 Agustus 2005 M beliau pergi meninggalkan semua
memenuhi panggilan Allah Swt. Jasad beliau dikebumikan di Pemakaman al-Mahya
yang berada dalam kompleks ar-Raudhah dan disamping Mushalla ar-Raudhah
tepatnya di samping makam paman beliau KH. Seman Mulia.
Haulan KH.
Muhammad Zaini Abdul Ghani sebagai moment refleksi wasiat beliau tradisi
memperingati meninggalnya seorang ulama atau lebih dikenal dengan istilah
“haul” dilakukan bertujuan untuk meneladani ketokohan ulama bersangkutan. Namun
tradisi itu belakangan hanya bersifat ritual, sedikit orang yang hadir dapat
merefleksikannya. Sudah selayaknya momentum haul KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
atau Guru Sekumpul dimaknai dengan kegiatan akbar dengan spirit menumbuhkan
jiwa-jiwa ulama yang menjadi tuntunan dan tauladan bagi masyarakat.[10]
[1]Tim
Pustaka Baru, 3 Permata Ulama dari Tanah Banjar, Malang: Pustaka Baru,
2012, Cet-1, hal: 62
[2]Tim
Pustaka Baru, 3 Permata Ulama dari Tanah Banjar, Malang: Pustaka Baru,
2012, Cet-1, hal: 64
[3]Tim
Pustaka Baru, 3 Permata Ulama dari Tanah Banjar, Malang: Pustaka Baru,
2012, Cet-1, hal: 64-65
[4]Wawancara
dengan saudara (Asel Ramadhani) salah satu santri KH. Zaini bin Abdul Ghani.
3/12/2016.
[5]
Tim Pustaka Baru, 3 Permata Ulama dari Tanah Banjar, Malang: Pustaka
Baru, 2012, Cet-1, hal: 71
[6]
Tim Pustaka Baru, 3 Permata Ulama dari Tanah Banjar, Malang: Pustaka
Baru, 2012, Cet-1, hal: 72.
[7]
Wawancara dengan saudara (Asel Ramadhani) salah satu santri KH. Zaini bin Abdul
Ghani. 3/12/2016.
[8]Wawancara
dengan saudara (Asel Ramadhani) salah satu santri KH. Zaini bin Abdul Ghani.
3/12/2016.
[9]Wawancara
dengan saudara (Asel Ramadhani) salah satu santri KH. Zaini bin Abdul Ghani.
3/12/2016.
[10]
Tim Pustaka Baru, 3 Permata Ulama dari Tanah Banjar, Malang: Pustaka
Baru, 2012, Cet-1, hal: 83-84.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar